Menjadi
pilihan kedua terdengar menyakitkan. Karena bagaimanapun,
setiap orang ingin menjadi yang pertama. Kali ini saya bukan akan menceritakan
tentang bagaimana menjadi yang kedua tapi saya akan sedikit bercerita mengenai
'memilih' yang kedua. Siapakah dia? Let's check it out :p
Sudah dua kali
saya mendapat pengalaman 'memilih' yang kedua. Mengapa dalam kata 'memilih'
saya berikan tanda apostrop? Karena sebenarnya saya tidak benar-benar memilih.
Bingung? Lanjutkan membaca :p
Memilih mana
yang akan dipilih tentulah menjadi hak bagi pemilih. Dapat diasumsikan bahwa
pemilih akan memilih pilihan pertama karena itu yang paling dia inginkan,
pilihan kedua adalah opsi jika yang pertama tidak didapatkan, kira-kira begitu
seterusnya. Betewe, kenapa jadi serius banget gini ya bahasanya -_-
Baiklah..saya
hanya ingin sekedar share sedikit
mengapa saya sekarang berada di sini, di Jogja, mengambil kuliah di mana dan
jurusan apa. Jogja adalah bukan kota yang saya idam-idamkan untuk menjadi
tempat mengais ilmu. Bukan berarti tidak suka, tapi karena saya mempunyai
universitas impian yang sudah saya idam-idamkan semenjak saya berada di bangku
kelas 2 SMA. Begitu naik ke kelas 3, universitas tersebut semakin saya idamkan.
Saya merasa tidak ingin ke universitas lain selain universitas itu, pokoknya lebay amat deh kepengenan saya waktu itu (Nah
kan sekarang bahasanya mulai ngga begitu serius:p). Hari berganti, waktu terus
berputar, silih berganti. Walau masih labil ketika tahuinformasi baru tentang
jurusan atau universitas lain ujung-ujungnya hati saya berlabuh di univ yang
sama, saya tetep ngotot pengen di situ dengan jurusan yang sudah saya idamkan
dari SMP. Ortu setuju-setuju aja, yah walaupun dengan raut wajah yang kurang
begitu yakin. Walhasil, di tahap seleksi SNMPTN yang pertama (Waktu itu bernama
SNMPTN Undangan) saya memilih jurusan dan univ impian saya. Dengan keyakinan
yang kuat serta doa di setiap sudut, akhirnya saya ditolak *eh hehe iya, saya
ditolak di pilihan pertama. Begitupun di pilihan kedua, saya juga ditolak.
Begitu sayah cek di blog dengan memasukkan nama lengkap dan nomor ujian, ada
tulisan ,'Maaf, Anda.....' saya lupa apa kata-kata persisnya. Tapi intinya
adalah hasil dari SNMPTN Undangan tersebut saya tidak diterima di mana-mana.
Sedih?kecewa? Mayan sih, tapi karena ingat masih ada SNMPTN Tertulis, rasa
sedih saya tak begitu menghantui. Dari situ muncullah semangat untuk belajar
lagi, setelah lama sudah tidak ada kelas pasca UN. Tidak seperti teman-teman
lain yang kebanyakan mereka mengikuti bimbel untuk persiapan tes SNMPTN, saya
hanya membeli buku soal-soal SNMPTN dan belajar sendiri di rumah. Gampang?
Enggaaa T_T soal-soalnya tak berperi kemanuisaan saya rasa. Tapi, saya tetap
berusaha keras untuk membaca dan belajar di hari-hari sebelum ujian SNMPTN
Tertulis. Kadang juga saya meminta teman-teman yang mengikuti bimbel untuk
belajar bersama, sharing rumus,
pengetahuan, dsb. Sampai tibalah saatnya tes dan pengumuman setelah beberapa
hari menunggu. Ternyata, pengumumuman dimajukan satu hari. Semakin bertambahlah
perasaan tak tenang, antara penasaran, takut, dag
dig dug, harap-harap cemas, dan semacamnya. Begitu pukul 5 sore, rasa
gelisah saya memuncak. ditemani ibu dan adik saya, saya mencoba membuka web
resmi SNMPTN dan memasukkan nama serta nomor ujian. Enter.
Deg
deg. Deg deg.
'Please, try
again'.
Karena
dikunjungi (mungkin) seluruh peserta ujian sehingga web yang saya kunjungi itu
selalu sibuk. Enter. Please, try again. Enter. Please, try again. Begitu
seterusnya. Perasaan sudah tidak karuan. Tangan dan kaki dingin. `Entah apa
namanya, hati sudah seperti diaduk-aduk. Cemas, takut, penasaran, sebel, cukup
emosi pula karena server selalu sibuk.
Hingga adzan maghrib berkumandang, saya belum berhasil membuka akun saya itu.
Akhirnya saya memutuskan untuk sholat terlebih dahulu. Seusai sholat, tetap
ditemani oleh ibu dan adik saya, saya mencoba lagi. Tapi hasilnya sama, server tetap sibuk.
Setelah
beberapa saat, saya mendapatkan SMS dari teman-teman saya yang mana mereka juga
mengeluhkan hal yang sama. Beberapa kali mencoba hasilnya tetap sama. Sampai
pada akhirnnya teman-teman saya satu per satu mengabarkan bahwa mereka sudah
berhasil membuka akun mereka. Namun, dari SMS-SMS yang masuk, kebanyakan mereka
berkata kurang beruntung. Hati ini terasa semakin diaduk. Tapi entah mengapa,
saya tetap tidak bisa membuka akun saya sementara yang lain sudah. Kemudian
saya memutuskan untuk pergi ke warnet terdekat karena barang kali memang
jaringan modem saya kurang bagus. Tapi ternyata hasilnya tetap sama, serveer sibuk. Akhirnya teman saya menawarkan
untuk membukakan akun saya. Saya memberi nomor dan password-nya. Abang saya pun demikian, menanyakan hasil
pengumuman dan saya memberikan nomor beserta password-nya.
Selang beberapa menit, teman saya mengirimkan SMS mengabari kalau saya
diterima di pilihan kedua. Saya tak percaya. Kemudian abang saya pun berkata
demikian di dalam SMS-nya. Pada akhirnya, saya bisa membuka sendiri akun saya.
Dan alhamdulillah. Ternyata saya
dinyatakan LOLOS walaupun hanya mendapat pilihan kedua. Perasaan lega, bahagia,
sedikit kecewa, bangga, semuanya berkumpul menjadi satu. Ibu, kakak, adik,
saudara sepupu yang pada saat itu hadir di sana bersorak 'Yeeee traktiran'
membuat saya ikut bahagia juga. Walaupun ya tentu saja, ada rasa sedikit kecewa
karena ternyata mungkin saya memang tidak berjodoh dengan kampus idaman saya.
Untuk kedua kalinya saya ditolak universitas tersebut. Hufffft hahaha.
Saat ini, saat
saya sedang menulis catatan ini saya persis akan memasuki semester 4 (ngga
kerasa yah :3). Dua hari lagi semester 4 akan segera dimulai. Itu berarti
hampir dua tahun sudah saya di kampus (tercinta) ini. Seperti yang dulu, SMA N
4 Cirebon adalah yang kedua namun setelah dijalani saya menikmati hiruk pikuk
dan semua yang ada di dalamnya. Begitu pun di sini, saya tak pernah menyangka
akan ada di sini. Bertemu dengan orang-orang yang saya sebut sebagai keluarga
baru. Berkawan dengan orang-orang yang bersedia membantu kapanpun. Berpartner
dengan teman yang luar biasa. Berada di kelas yang super unik. Ah...rasanya itu
semua sudah lebih dari cukup untuk menjadi alasan bahwa Allah memang selalu
mempunyai rencana terbaik. Tak hanya bertemu dengan orang-orang luar biasa,
belum genap dua tahun di sini saja saya sudah mendapatkan pengalaman-pengalaman
hidup yang memorable bingit. Bukan
karena full of happiness tapi karena full of hard work dan hujatan haha
semendramatisir itu kehidupan di kampus! Haha. Well,
in the end, saya tidak menyesali semuanya. Selalu ada pelajaran di
setiap apa-apa yang terjadi. I believe, there's
always something to learn even in the darkness! Yup, saya percaya itu.
Kau, yang kedua, aku mencintaimu! <3 mumumu :3 #SalamUnyuh