"Guru, lama
sudah aku berjalan kian banyak yang kutahu, tetapi hidup ini kian asing
rasanya. Apakah kesejatiaan itu? Apakah benar-benar ada atau cuma impianmu
semasa muda?" -Supernova, Dee
Nggak ada ukuran
kita saat ini ada di mana. Di awalkah? Penghujungkah? Atau di tengahkah?
Entahlah. Tapi mungkin, untuk mewakili ketidaktahuan lagi di mana, saya bakal
bilang 'middle of nowhere'.
Seperti kutipan
di Supernova di atas, semakin saya melangkah, memang semakin tahu banyak, tapi
ke-tahu-an itu kadang membuat saya jadi semakin tidak tahu. Jauh lebih banyak
lagi pertanyaan yang menghujam pikiran saya. Saya di mana? Iya, semakin asing rasanya. Seperti semakin
tahu apa itu hidup dan atau
justru semakin bertanya untuk apa hidup.
Saat ini, saya
mengawang-awang seperti apa kemudahan hidup itu. Orang bilang, uang bukanlah
segalanya. Tapi, mengapa seolah tanpa uang kita tidak bisa melakukan apa-apa?
Saya mau makan, harus bayar. Saya mau pergi ke tempat alam yang katanya gratis,
tapi saya tetap harus bayar ongkos. Bahkan untuk minum pun saya harus beli
galon yang ujung-ujungnya harus ditukar dengan uang. Uang masih bukan
segalanya?
Kemudian, saya
juga semakin bertanya-tanya. Apa yang saya cari? Jika hidup adalah perjalanan
maka apa yang sebenarnya kita cari? Baru-baru ini saya bertukar pikiran dengan
teman lama. Mengingatkan mimpi-mimpi yang pernah tersimpan. Tapi, seiring
berjalannya waktu, mimpi itu serasa pudar. Pesimis dan realistis tak lagi dapat
dibedakan. Saya mencari apa-apa, tapi yang saya dapat juga semakin menyisakan
tanya 'apa'. Orang bilang, jati dirilah yang sebenarnya kita cari. Tapi
entahlah. Saya seperti melihat orang-orang, bahkan saya, sibuk menjadi apa yang
ingin orang lain lihat. Alih-alih mencari jati diri, malah menjadi-jadi orang
yang ingin digemari. Salah atau benar? Salah itu apa? Benar itu bagaimana?
Saya juga
terpikir bagaimana memperbaiki diri. Apa beda dengan mencari jati diri? Orang
bilang, menjadi diri sendirilah yang terbaik. Tapi untuk apa memperbaiki diri
jika itu merubah kita menjadi bukan diri sendiri? Apakah sah-sah saja saya
menjadi orang lain demi kata memperbaiki diri? Bagaimana saya bisa menyebutkan
bahwa ini diri saya dan itu bukanlah diri saya? Bagaimana saya tahu?
Masih ada banyak
pertanyaan yang menghujani pikiran saya. Saya pun terkadang lelah untuk hanya
berusaha terus mencari akar dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Hidup mungkin seperti itu, bukan untuk mencari jawaban tapi sekedar bertanya
dan meninggalkan pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi pertanyaan.
nah ini juga yang sering saya tanyain
BalasHapusKatanya kita harus memperbaiki diri, tapi juga harus jadi diri sendiri. Antara harus menuruti ego orang lain atau ego diri sendiri..entah
ayo bikin blog juga meng, biar bisa bertukar pikiran lewat tulisan wkwk
Hapus