Rabu, 25 Juni 2014

Sabtu Malam di 0 KM

    Sabtu, 21 Juni 2014 adalah hari di mana saya dan teman-teman seperjuangan Kujang tampil di acara Festival Malioboro di Momumen Serangan Oemoem. Tak banyak waktu berlatih untuk penampilan kali ini. Saya dan teman-teman baru mendapat panggilan untuk berlatih kurang lebih satu minggu sebelum hari H. Walhasil, hampir setiap malam kami berkumpul di Asrama Kujang untuk latihan Angklung.
    Tibalah hari itu, Sabtu, 21 Juni 2014, selepas dzuhur saya dan teman-teman berkumpul di SO untuk melakukan check soundsekaligus gladi resik. Hari itu entah hari apa di jalanan 0 KM terlihat begitu ramai. Bukan hanya karena para pengunjung Malioboro, tetapi sepertinya memang sedang ada beberapa acara di sana. Sejauh saya menunggu giliran untuk GR, saya melihat banyak grup marching band bergantian melewati lampu merah. Saya juga melihat ada beberapa kesenian lain sepeti Reog Ponorogo, Barongsai, dsb. Berasa lagi nonton karnaval! Benak saya. 0 KM sangat ramai pada saat itu.
    Sekitar pukul setengah tiga, barulah giliran kami untuk GR. Kami cukup mengundang perhatian para pengunjung Malioboro. Beberapa di antara mereka masuk ke gerbang SO dan duduk untuk melihat kami sedang GR. Beberapa turis asing pun terlihat mengambil gambar ketika kami berada di atas panggung dan memainkan Angklung. Butuh lebih dari tiga puluh menit untuk berada di panggung untuk melakukan GR. Setelah usai, kami beristirahat sejenak dan kemudian saya dan teman saya bergegas pulang untuk sejenak beristirahat, memberishkan badan, dan mempersiapkan penampilan pada malam harinya.
    Selepas maghrib, saya dan teman saya bergegas pergi ke Kujang untuk mempersiapkan kostum (sebenarnya Cuma pakai samping :p) dan sedikit make up. Setelah itu cussss, kami langsung menuju lokasi. Here we go, we're gonna make the night!

    Sampai di sana, kami mendapat kabar bahwa kami tampil pukul 9. Saya melihat jam, 'Hmm..masih lumayan lama.' Di tengah acara, tiba-tiba hujan mengguyur. Karena panggungnya outdoor, terpaksa acara dihentikan hingga hujan reda. 'Fiiuuuh makin lama aja nih kita nampil' lirih saya dalam hati. Karena bosan dan mengantuk menunggu, saya dan teman saya pergi ke area stand untuk membeli minum, kemudian kami berdua masuk ke benteng Vredeburg untuk melihat-lihat. Ternyata di sana juga ada acara.
    Pameran Vrederburg
    Museum Wayang
    Resti
    Saya dan teman saya melihat-lihat beberapa museum temporal di sana. Tak lama setelah itu hujan mulai mereda. Kami memutuskan untuk kembali. Acara mulai dilanjutkan kembali. Sembari menunggu giliran, saya dan teman-teman melihat performers lain dari samping panggung. Saya mulai bosan menunggu dan fiiuuuh ngantuk! Karena saya tidurable alias bisa tidur di mana aja, akhirnya saya pun tertidur hanya dengan meletakkan kepala di atas tangan yang bersandar di lutut (Liiiiiiis Lis -__-). Beberapa saat kemudian Resti membangunkan saya. Saya langsung terbangun dan seketika mendengar salah satu aa' tertawa melihat saya tertidur u,u. 'Yuk, Lis, siap-siap bentar lagi mau nampil' kata Resti. Setelah sesaat mengumpulkan nyawa, saya langsung bergegas ikut berkumpul bersama teman-teman yang lain. saya melirik jam yang ada di tangan kiri saya, 'Wah hampir jam 10!'
    'Habis ini dari Jawa Barat ya. Siap-siap!' Salah satu panitia memberi aba-aba. Kami mengambil Angklung masing-masing dan berfoto sebelum perform. Barulah setelah penampilan dari....entah daerah mana, MC menyebutkan bahwa penampilan dari grup Angklung Jawa Barat adalah yang terakhir (pantes lama bangeeeeet -_-). Dan jeng jeeeeeng. Well, this is the time!
    Meskipun ini bukan kali pertama saya, tapi tetap saja rasa  nervous itu ada. Apalagi kali ini acaranya cukup besar dan di tempat yang cukup momentum pula. Ditambah lagi not yang saya mainkan hanya ada saya pemainnya. Partner saya beralih profesi menjadi gitaris. Walhasil sempat deg-degan juga begitu tampil. Sendirian cyin mainnya, padahal yang lain berdua! Haha. Kami sudah berada di atas panggung. Panggung tak begitu megah, tapi cukup luas. Lampu berwarna-warni menyoroti kami. Dan penonton terlihat memnuhi depan, samping kiri, dan samping kanan panggung! Sebelum memainkan Angklung, A' Heru memberi sedikit salam dan perkenalan. 'Siap?' Sahutnya. Bismillah..

    Not pertama dimainkan diikuti not-not berikutnya yang berpadu harmonis. Di tengah lagu, penonton bertepuk tangan dan bersorak. Senang rasanya. Ketegangangan mulai mencair. Saya pun menikmati lagunya dan perlahan-lahan rasa nervous meluntur. Manuk Dadali usai kami mainkan. Lagu berikutnya adalah Oplosan. Sedikit gugup karena not saya patokan dari reff  lagu. Lagu dimainkan, tiba di saat reff, beberapa penonton maju ke depan ikut bergoyang. Tak hanya saya, para pemain yang lain pun terlihat sangat menikmatinya. Penonton bersorak. Kamera dari depan, samping kanan dan kiri terlihat mengabadikan penampilan kami. Jeprat jepret. Senang rasanya haha. Melihat pemain yang lain di kanan dan kiri saya pun nampaknya mereka tersenyum lebar. Dan 0 KM pun bergoyang. Lagu kedua usai. Tepuk tangan bersahutan. Blitz dari kamera terlihat mengkilap-mengkilap. Kami pun hendak berpamitan. Tapi, MC berteriak, 'Lagi! Lagi!' Kemudian penonton pun bersahutan 'Lagi! Lagi!' Segera setelah itu MC menutup acara dan mempersilahkan kami memainkan lagu satu kali lagi. Lagu Oplosan pun dimainkan ulang dan penonton kembali bergoyang.

    Penonton sekali lagi bertepuk tangan dan bersorak. Kali ini lagu benar-benar usai. Sebelum meninggalkan panggung, kami berfoto bersama. Beberapa kamera terlihat ada di depan kami. Ckrek! Ckrek! Ckrek! Ckrek! Ckrek! Saya sampai bingung harus melihat ke kamera sebelah mana. Berasa jadi arteees! Haha -_- Sesi foto di atas panggung selesai dan dilanjutkan sesi foto di belakang panggung (Emm..mungkin lebih tepatnya di samping panggung). Entah berapa ribu kali kami berfoto, tapi nampaknya lelah latihan dan menunggu terbayar sudah oleh penampilan dan antusias penonton tadi. Well, we made it! We made the night, guys!
    We made the night!
    Tapi cerita tak usai sampai di situ. Saat kami sedang beristirahat, tiba-tiba ada suara keributan di lampu merah 0 KM. Orang-orang berlari ke sana untuk melihat apa yang terjadi. Teman di sebelah saya langsung mendekat dan berkata, 'Ih ada apa? Aduh, sieun.' Dan ternyata itu adalah segerombolan FPI yang entah dari mana tiba-tiba datang menggrebek dengan membawa celurit (katanya). Teriakan takbir kemudian terdengar dari tempat saya duduk. Saya tak begitu paham maksud dari penggerebekan ini. Entah definisi maksiat seperti apa yang mereka punya dan entah seberapa futur saya mendefinisikan makna dari jihad, yang saya tahu damai itu indah. Saya yakin, mungkin maksud mereka baik. Karena kejadian ini, gerbang di Monumen SO ditutup sementara dengan alasan keamanan.
    Sudah lewat pukul 11 malam, saya ingin pulang, tapi gerbang belum juga dibuka. Saya mengobrol dengan aa'-aa' yang ternyata wong cerbon juga. Tak lama, tapi lumayan mengobati rindu mendengar mereka bercengkerama dengan basa Cerbon, 'Kita pas lagi ning Cerbon get pernah mengkenen, ana FPI nggawa senapan...' hahaha.
    Hampir pukul 12 saya pulang. Sebenarnya gerbang di SO masih ditutup, tapi orang-orang melewati pagar dengan melompatinya dibantu oleh 1 kursi di dalam dan satu lagi di luar. Gerbang parkiran sudah dibuka. Yeaay! Akhirnya bisa pulang!
    Beruntung pintu gerbang kos belum dikunci. Ah, sampai kos juga akhirnya. Beberapa saat kemudian Resti datang diantar oleh teman pemain Angklung juga. Waktunya tedooooor!
    Well, it was one of the memorable moments in Jogja!