Senin, 31 Maret 2014

Mati Lampu di Karangmalang

Waktu itu saya sedang menonton sebuah fim sekaligus makan, tiba-tiba lampu kamar mati diikuti dengan lampu-lampu di kos. Mati lampu. Kos menjadi semakin gelap karena bertepatan dengan waktu maghrib. Saya tetap menonton film. Beberapa saat kemudian saya keluar kamar menuju balkon untuk memastikan ini benar-benar mati lampu bukan ngejlug. Ternyata memang benar, rumah sekitar kos juga tak bercahaya. Suara mba-mba kos masih terdengar entah dari kamar sebelah mana. Saya melanjutkan menonton film hingga beberapa saat. Ini bukanlah kali pertama mati lampu di Karangmalang di malam hari. Tapi, di sini jarang sekali mati lampu. Terakhir kali mati lampu di malam hari adalah ketika saya masih ngekos di blok A, itupun karena kabelnya konslet,  hanya ada beberapa rumah yang mati lampu. Karena waktu itu ada banyak teman kos, saya tak merasa takut ataupun panik.

Setelah beberapa saat melanjutkan menonton film, akhirnya saya memutuskan untuk sholat. Berjalan menuju kamar mandi memang rasanya biasa saja, tapi suara mba-mba tadi sudah tak terdengar, entah keluar entah diam. Mba-mba yang tak jauh kamarnya dari kamar sayapun kini tertutup. Saya melanjutkan langkah, begitu sampai di kamar mandi, gelap. Sendiri pula! Seusai berwudhu, saya memastikan kamar-kamar lain apakah ada orang atau tidak. Hanya ada satu kamar yang pintunya terbuka dan terlihat ada cahaya redup dari dalam, mungkin cahaya lilin. Saya sholat dengan keadaan netbook saya terbuka dan menyala. 'Lumayan ada sedikit cahaya,' ucap saya dalam hati. Di pertengahan sholat, netbook saya mati cahayanya, gelap sekali. Sholat jadi tidak khusyuk, membuat saya ingin cepat-cepat menyelesaikan sholatnya. Tak ada suara, semkain sunyi dan sepi. Oh ya, saya lupa menceritakan sesuatu. Saat ini sedang super loooong weekend. Senin tanggal merah. Jadi anak-anak kos banyak yang pulang kampung. Hanya tersisa beberapa orang di kos. Dan kebetulan juga Fiqi sedang keluar entah kemana, Ipil juga sudah tak di kos sejak pagi tadi. Saya benar-benar sendiri saat itu. Seusai sholat, saya langsung berkemas-kemas untuk meninggalkan kos. Saya akan mengungsi di Samirono malam ini, keputusan itu diambil saat sholat -_-

Sementara berkemas, saya kemudian terpikir, di jaman nabi belum ada listrik. Setiap malam seperti ini, betapa cahaya bulan sangatlah berarti. Tak banyak yang begadang, Rasulpun mengajari untuk cepat tidur seusai sholat isya. Mungkin tak ada anak-anak yang begadang, apalagi begadang karena mengerjakan tugas fufufu. Entah mengapa yang terpikir di benak saya adalah pada jaman nabi, bukan jaman manusia purba ataupun anglo saxon. Pikiran yang lain merasuk. Di dalam kubur, tentu lebih gelap, lebih sunyi, lebih sepi, tak ada yang menemani kecuali amal. Amal itulah yang akan menentukan kubur menjadi lapang dan terang atau justru sebaliknya. Sudahkah? Sudahkah banyak beramal? Selesai berkemas, saya langsung keluar mengunci kamar, turun ke bawah, mengambil sepeda, dan mengayuhnya hingga Samirono.

Ya Allah.. Ada banyak sekali di dunia ini yang harus disyukuri dan dikerjakan.

0 komentar:

Posting Komentar