Senin, 13 Juni 2016

Pada Suatu Hari


Belakangan, saya semacam lagi berada di fase ‘I miss the old happy me' yang mana saya jadi sering merasa khawatir, gelisah, takut, nggak PD, dan perasaan insecure lainnya. Saya nggak tau kenapa bisa terjadi. Mungkin karena memang banyak hal yang suka bikin gemaaaaaz akhir-akhir ini.

Saya jadi bertanya-tanya, apa yang sebenernya salah dengan saya? Kenapa bukannya saya bisa lebih mengatur segala sesuatu tapi saya malah semakin don’t know what to do. Saya merasa, entah kenapa, dulu saya bisa banget berpikir positif di segala sesuatu yang sedang saya jalani even it is a bad one. Tapi kok sekarang, rasa-rasanya justru pikiran saya lebih didominasi oleh pikiran negatif. Kalau dulu begitu terlintas pikiran negatif di pikiran saya, saya langsung menggubrisnya dan mengganti dengan pikiran positif, sekarang saya jadi membiarkan pikiran-pikiran itu bertengger di pikiran saya dan bahkan saya mengucapkannya. Hal yang dulu saya selalu mencoba untuk menahan.



Sampai suatu hari saya sadar kalau I've been in a wrong way and I have to get back. Saya berharap kalau saya bisa menjadi the old happy me dan bahkan lebih baik dari itu. Dan ya, Allah seperti selalu punya cara untuk mengabulkan doa hamba-Nya. Pagi-pagi saya lagi nonton TV, saya liat seorang artis lagi diwawancara tentang kisah hijrahnya. Kurang lebih dia bercerita bahwa dulu yang dia kejar adalah kebahagiaan dunia dan merasa hidupnya selalu gelisah hingga pada suatu hari dia sadar bahwa dia harus berubah. Dalam doa sapu jagat disebutkan bahwa: Ya Allah, berilah aku kebaikan di dunia dan di akhirat. Dan jauhkanlah aku dari siksa neraka. Sehingga dia sadar bahwa seharusnya yang ia kejar tidak hanya kebahagiaan dunia semata. Yang dulu dia keseringan pengen beli barang, sekarang jadi mikir-mikir dulu apa barang itu bermanfaat atau enggak. Kemudian, dia juga jadi seketika tenang karena sadar kalau karunia Allah itu amat banyak dan satu lagi, ini sih yang dulu sempat saya pegang tapi kadang suka goyah: kebahagiaan itu letaknya di taat. Dia percaya, kalau karunia Allah memanglah sangat banyak dan satu-satunya cara untuk bersyukur adalah taat, melakukan perintah-Nya.



Nggak cuma sampai di situ, dilalah saya punya janji ketemuan sama orang DPD RI Jogja. Sebenernya magerin banget kan bulan puasa gini siang-siang harus ke kantor yang saya belum tau di mana, mendingan saya bobok di kos aja kan. Tapi, Allah eamng udah punya rencana. Akhirnya saya datang lah ke kantor DPD RI yang kemudian saya ketemu sama staff khusus yang udah saya bikin janji. Ngobrol ngobrol ngobrol dan menyampaikan tujuan ketemu beliau, selain saya jadi tahu tentang beberapa hal, di akhir beliau bilang untuk mencoba beraffirmasi positif. Kata affirmasi bukanlah asing buat saya, I used to hold it as my faith juga di mana apa yang saya inginkan, saya akan memperlakukannya seolah-olah saya sudah menerimanya. Pertemuan dengan beliau kaya jadi semacam pengingat saya aja sih kalau saya sudah agak melupakan things I used to think and hold.



Semua kegelisahan, kekhawatiran, dan kekecewaan pada diri sendiri jadi bisa seketika menghilang gitu aja dengan cara-Nya. Sebenernya bukan dua hal itu saja yang terus membuat saya jadi feel so releived, tapi ada banyak hal-hal kecil yang terjadi di sekeliling saya juga yang bikin saya jadi merasa forever grateful to be here with everything I have right now. Yang terpenting dari itu semua, untuk memulai sesuatu dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik letaknya bukan pada seberapa besar orang lain menginspirasi kita sih, tapi lebih kepada berurusan sama diri sendiri mengenai memilih melanjutkan hidup dengan apa yang 'baik' untuk kita. In this point is looking for true happiness is not only seeking for now, but also we have to think for hereafter. And it is somehow the only thing that could make us relieved even in our worst day. Insecurity, anxeity, disappointment, and any other restless feelings coming over are perhaps because we are too busy thinking our world life without trying to do our duty as His servant. Thus, we let negative things fill up our mind which then ends up  being reckless for all His blessings.

And now I feel so relieved.

0 komentar:

Posting Komentar